MENYELAMATKAN
GENERASI MUDA
DARI BAHAYA PORNOGRAFI
Abu Fathan
Buku “Gurita
Pornografi Membelit Remaja” adalah edisi revisi dari buku berjudul “Remaja
Dirantai Birahi” yang terbit tahun 2004 lalu oleh penerbit Pustaka Ulumuddin
(Bandung). Perkembangan pornografi yang demikian pesat, terutama setelah era
teknologi multimedia, menuntut buku ini harus direvisi dan ditambahi banyak
materi lainnya.
Istilah
“Gurita Pornografi” sendiri hanyalah kiasan saya untuk menunjukkan realitas
pornografi yang sudah menyeruak hebat di hampir seluruh sisi kehidupan kita.
Pornografi layaknya gurita yang membelit dengan cengkeraman tangan-tangannya
yang banyak lagi kuat. Sehingga siapapun yang tercengkeram oleh belitan
pornografi, maka ia akan sulit untuk lepas darinya.
Celakanya,
gurita pornografi itu kini telah banyak membelit generasi muda kita, termasuk
anak-anak. Sebuah data dari hasil survei mengungkap sebuah fakta yang
mengejutkan tentang arus pornografi di kalangan anak-anak Indonesia. Ternyata,
anak-anak kita (usia Sekolah Dasar/SD) sudah banyak yang mengenal pornografi.
Banyak media yang telah mereka akses untuk menikmati gambar atau adegan syur
itu.
Dari survei
yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati selama tahun 2005, diketahui ada
1.705 anak kelas 4 – 6 SD di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi)
yang mengaku sudah mengenal pornografi.
Hal itu
diungkap Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman, dalam diskusi
Selamatkan Anak Indonesia di Gedung RRI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta.
Survei, seperti dikutip di detiknet, dilakukan terhadap anak-anak di 134 SD.
Mereka
disodori lembar pertanyaan yang sangat vulgar, namun dengan bahasa yang
diperhalus. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagian besar seputar
reproduksi.
Dari survei
tersebut diketahui, sebanyak 20 persen anak-anak mengenal pornografi dari situs
internet, 25 persen dari handphone, 2 persen dari film dan TV, 12 persen dari
film VCD/DVD, 17 persen dari novel atau cerita, 12 persen dari majalah, koran
atau tabloid sebanyak 3 persen, dan lain-lain sebanyak 9 persen.
Sementara
untuk tempat-tempat mereka mengakses materi pornografi sebagian besar, yakni 35
persen di rental VCP/internet, 25 persen rumah sendiri, 22 persen rumah teman,
dan lain-lain 18 persen.
Survei itu
membuat miris kita semua, karena ternyata arus pornografi sudah mulai merambah
ke anak-anak kita. Apalagi dengan adanya perkembangan teknologi yang terus
berkembang pesat, menjadikan konten-konten pornografi, dengan segala jenis dan
bentuknya, semakin mudah diakses dan dijumpai.
Dampak
Pornografi Pada Anak
Yang
menjadikan miris adalah, pornografi ternyata memiliki dampak yang sangat buruk
bagi penikmatnya. Pada anak-anak, pornografi sangat berpengaruh pada
perkembangan otaknya. Bagaimana hal itu dapat terjadi?
Ada 2 sistem
dalam otak manusia, yakni responder (pada sistem limbik) dan directory (bagian
otak depan). Sistem directory terkait dengan kemampuan berpikir rasional,
mengambil keputusan, menentukan prioritas, kemampuan penilaian dan analisis.
Namun, sistem directory ini belum berkembang pada masa remaja dan sepenuhnya
berkembang mencapai usia 24-25 tahun.
Sistem
Limbik mengatur perilaku, hasrat, emosi, memori, motivasi dan homeostatis. Juga
mengajak seseorang untuk memuaskan diri untuk merasakan kenikmatan. Bagi anak,
stimulasi sangat mudah karena anak dominan belajar dengan melihat dari pada
rangsang berpikir.
Stimulasi
oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah
reseptor di dalam otak akan terus bertambah yang dapat menggiring anak menjadi
kecanduan.
Kedua bahan
kimia dibutuhkan terus ketika ada perangsangan. Jika paparan pornografi
diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan
kadar rasa senang yang sama seperti alkohol dan heroin.
Jadi dopamin
dan endorfin akan bermanfaat kalau kita hidup normal. Terkait pornografi, otak
mengalami rangsangan berlebihan sehingga otak tak bekerja dengan normal dan
tidak dapat merespons lagi. Akibatnya otak mengecil dan bagi anak yang otaknya
belum berkembang, pornografi sangat berpengaruh dan rentan menyebabkan adiksi
serta merusak tumbuh kembang otaknya.
Terdapat
perubahan-perubahan pada anak yang mengalami masalah dengan
pornografi.Tanda-tandanya: Anak menjadi depresi, menarik diri, berbicara
mengarah ke arah seks, dan mengisolasi diri.
Dampak
Pornografi Pada Orang Dewasa
Pornografi
tidak hanya berdampak negatif pada anak-anak, tapi juga pada orang-orang
dewasa. Menurut sebuah penelitian, kecanduan cybersex (yang saat ini paling
banyak dijumpai) bisa merubah perilaku 180 derajat. Untuk yang berumah tangga,
keharmonisan rumah tangga akan terganggu. Bahkan menurut Kimberley Young,
psikolog asal Amerika, banyak kegagalan akibat perkawinan yang dia temui akibat
kecanduan cybersex. Menurut Kimberley, jangankan yang usia perkawinannya 5 tahun
atau 10 tahun, yang 25 tahun saja dapat hancur gara-gara salah satu pasangannya
tergila-gila situs porno.
Bagi remaja,
kecanduan situs porno (cybersex) akan membuat ritme belajar menjadi kacau.
Secara umum, kecanduan situs porno akan berdampak negatif terhadap karakter
seseorang. Berdasarkan penelitian Bingham dan Piotrowski dalam Psychological
Report berjudul On-line Sexual Addiction menyebutkan, karakter orang yang
kecanduan cybersex adalah: ketrampilan sosial tidak memadai, lebih memilih
bergelut dengan fantasi yang bersifat seksual, asyik berkomunikasi dengan
figur-figur ciptaan hasil imajinasinya sendiri, tidak mampu mengendalikan diri
untuk tidak mengakses situs porno, dan lupa waktu sehingga lupa kerja.
Bahaya atau
dampak negatif bagi remaja, kecanduan cybersex (dan pornografi secara umum)
akan menjadikan ia menjelma menjadi remaja yang tidak gaul (kurang sosialisasi)
dan kuper, remaja yang hidupnya selalu dibayangi fantasi seksual, serta waktu
dalam hidupnya akan terbuang percuma untuk sesuatu yang tidak produktif, bahkan
dapat bersifat destruktif alias dapat merusak diri dan masa depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar